Apa itu Red Nails Theory?
Belakangan ini, platform social media sedang digemparkan oleh sebuah trend nail art baru dengan konsep red nails theory.
Red Nails Theory adalah sebuah konsep yang mengemukakan bahwa penampilan kuku dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap seseorang di tempat kerja. Konsep ini berasal dari sebuah novel berjudul “Red Nails” karya penulis Robert E. Howard yang diterbitkan pada tahun 1936.
Dalam novel tersebut, karakter utama yang merupakan seorang wanita bertahan hidup dalam petualangan berbahaya dengan bantuan kuku merahnya yang terawat dengan baik. Konsep Red Nails Theory kemudian diadaptasi ke dalam dunia kerja oleh penulis dan pakar kecantikan, Tai Beauchamp, yang percaya bahwa penampilan kuku dapat memengaruhi kesuksesan seseorang di tempat kerja.
Korelasi penggunaan kuku berwarna merah terhadap pekerjaan:
Dalam dunia kerja, terutama di bidang profesional, seringkali kita melihat bahwa perempuan sulit bersaing dengan laki-laki. Padahal, secara teori, perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan dalam karier mereka. Namun, kenyataannya tidak demikian. Konsep Red Nails Theory mencoba untuk menjelaskan mengapa hal ini terjadi.
Red Nails Theory pertama kali diperkenalkan oleh penulis dan jurnalis Amerika Serikat, Charlotte Beers. Teori ini menyatakan bahwa perempuan seringkali sulit bersaing dalam dunia kerja karena mereka terlalu fokus pada pekerjaan dan tidak memperhatikan aspek interpersonal dan relasional dalam lingkungan kerja. Dalam dunia kerja yang seringkali didominasi oleh laki-laki, aspek interpersonal dan relasional menjadi faktor yang sangat penting dalam kesuksesan seseorang.
Menurut Beers, Red Nails Theory mengacu pada kebiasaan perempuan yang seringkali tidak memperhatikan penampilan mereka dalam lingkungan kerja. Misalnya, perempuan mungkin mengabaikan penampilan rambut, makeup, atau kuku mereka. Beers berpendapat bahwa hal ini bisa memengaruhi persepsi orang terhadap mereka, terutama dalam lingkungan kerja yang sangat kompetitif.
Mengapa harus menggunakan warna merah?
Dalam pandangan Beers, “red nails” (kuku merah) adalah simbol dari sesuatu yang feminin dan menarik perhatian. Ketika seorang perempuan memiliki kuku merah, orang-orang akan memperhatikan dia dan memberikan perhatian yang lebih pada dirinya. Hal ini berbeda dengan kebiasaan perempuan yang cenderung mengabaikan penampilan mereka di lingkungan kerja yang seringkali didominasi oleh laki-laki.
Menurut Beers, perempuan harus memperhatikan aspek interpersonal dan relasional dalam lingkungan kerja untuk meningkatkan kesempatan mereka untuk sukses. Hal ini termasuk memperhatikan penampilan, memiliki jaringan yang kuat, dan mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif. Dengan melakukan hal ini, perempuan dapat meningkatkan persepsi orang terhadap mereka dan menjadi lebih sukses dalam dunia kerja.
Namun, Red Nails Theory juga telah menuai kontroversi. Beberapa kritikus menyatakan bahwa teori ini terlalu menekankan pada stereotip gender dan menyalahkan perempuan karena sulit bersaing dalam lingkungan kerja yang didominasi oleh laki-laki. Mereka berpendapat bahwa perempuan harus dihargai berdasarkan kinerja mereka dan bukan penampilan mereka.
Meskipun kontroversial, Red Nails Theory dapat menjadi pengingat bagi perempuan bahwa penampilan dan aspek interpersonal dan relasional dapat memengaruhi kesuksesan mereka dalam dunia kerja. Namun, pada akhirnya, kesuksesan seseorang seharusnya dinilai berdasarkan kinerja dan pencapaian, bukan penampilan.